SATUAN ACARA PERKULIAHAN
(S A P)
MATA
MATA KULIAH :
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
( I S B D )
Deskripsi Materi
III. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
TUJUAN:
MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DAN BUDAYA DASAR (ISBD)
BEBAN KREDIT : 2 ( DUA ) SKS
DESKRIPSI PERKULIAHAN
Dalam matakuliah ini diajarkan mengenai dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada para mahasiswa agar mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya. Harapannya adalah mahasiswa peka, tanggap, kritis, serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.
<!-- more -->
TUJUAN
Setelah perkulihan ini mahasiswa diharapkan :
- Mempunyai wawasan pengetahuan tentang gejala – gejala di lingkungan sosial dan kebudayaannya
2. Mahasiswa peka, tanggap, kritis, serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.
LITERATUR
1. Joko Tri Prasetya dkk, 2004, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, Rineka Cipta.
2. Ahmad Mustofa, 1999, Ilmu Budaya Dasar, Bandung, Pustaka Setia.
3. L.Dyson, Thomas Santosa, 1999, Ilmu Budaya Dasar, Surabaya, Manyar Jaya
5. Moh. Fathul Hidayat, 2000, Diktat Kuliah Ilmu Budaya Dasar, Tuban, IKIP PGRI Tuban.
6. Kartini Kartono, 1983, Patologi Sosial, Jakarta, Rajawali.
7. Ayu Sutarto, Setya yuwana Sudikan, 2004, Pendekatan Kebudayaan dalam Pembangunan Provinsi Jawa Timur, Jember, Kompyawisda.
8. Koentjaraningrat, 2007, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta, Fahr Comtrad
9. William A. Haviland, 1999, Antropologi jilid 1, Jakarta, Erlangga.
10. William A. Haviland, 1999, Antropologi jilid 2, Jakarta, Erlangga.
11. Djoko Tri Prasetya, dkk, 2000, Tanya Jawab Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, Rineka Cipta
12. Jacop Sumardjo, 2001, Menjadi Manusia ( Mencari esensi kemanusiaan perspektif Budayawan ), Bandung, ROSDA
13. Usman Pelly dan Asih Menanti. 1994. Teori-teori Sosial Budaya. Jakarta: Proyek P&PMTK Dirjen PT. Depdikbud.
14. Saifuddin Azwar, 1988, Sikap Manusia, Yogyakarta, Liberty.
15. Ilmu Sosial Dasar
16. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
17. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
18. 19. Karl Britton, 2009, Philosophy and The Meaning of Life, Yogyakarta, Arruz Media.
19. 20. Nur Hidayat, 2008, Mati Tapi Hidup ( Renungan inspirasi masalah sehari-hari ), Jakarta, Mizan.
20. 21. Dr. M. Munandar Soelaeman, 2007, Ilmu Budaya Dasar ( Suatu Pengantar ), Bandung, PT Refika Aditama
21. Drs. Suparto W., MM. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia.
EVALUASI
- Test 1 : 15%
- Tes 2 : 15%
- Tugas : 10%
- Kehadiran/Partisipasi : 5%
- UTS : 25%
- UAS : 30%
nilai akhir mahasiswa bergantung pada hasil total evaluasi tersebut diatas .
NILAI
A : 80 – 100
B : 70 – 79
C : 56 – 69
D : 46 – 55
E : < 46
KEHADIRAN/ PARTISIPASI
Mengingat materi perkuliahan yang berkesinambungan dan membutuhkan partisipasi aktif para peserta baik individual maupun kelompok, kehadiran mahasiswa dalam setiap pertemuan sangat penting.
TES 1, TES 2, UTS, DAN UAS
Materi tes 1 bersumber pada topik pertemuan 1, 2, 3 dan 4. Materi tes 2 berasal dari topik pertemuan 7, 8, 9. Materi uts berasal dari pertemuan 1 sampai dengan 6.
TUGAS
- Mahasiswa/ kelompok membuat konsep pemikiran dan menyajikannya tentang materi kajian pokok bahasan yang sudah ditentukan ( ex: materi hakikat manusia, kpb: manusia sebagai makhluk budaya )
- Setiap pertemuan, mahasiswa mengerjakan tugas evaluasi dan studi kasus.
PERATURAN KELAS
- Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti aktivitas perkuliahan atau dianggap absen jika:
tidak memakai sepatu
tidak berpakaian sebagaimana ketentuan perkuliahan yang berlaku di stkip pgri situbondo.
- Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti tes jika tidak mengumpulkan tugas.
MATERI PERKULIAHAN
- PENDAHULUAN
Tujuan:
Pengenalan SAP
II. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA
Tujuan:
Tujuan:
MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU:
- Menganalisis makna manusia sebagai mahluk berbudaya.
- Menjelaskan hakikat kemanusiaan dan kebudayaan.
- Membedakan antara etika dan estetika berbudaya.
- Menunjukkan sikap hormat dan menghargai sesama manusia.
MATERI PEMBELAJARAN II
- Hakikat Manusia sebagai mahluk budaya.
- Apresiasi terhadap kemanusiaan.
- Etika dan Estetika berbudaya.
- Memanusiakan manusia.
KATA KUNCI
Akal budi, budaya, kebudayaan, etika, estetika
TUJUAN:
MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU:
- Menganalisis hakikat manusia sebagai individu dan mahluk sosial.
- Mengemukakan perannya sebagai makhluk individu dan sosial.
- Menunjukkan interaksi sosial yang terjadi di masyarakat.
- Mencari jalan keluar atas dilema kepentingan diri dan masyarakat.
MATERI PEMBELAJARAN III
- Hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
- Fungsi dan peranan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
- Dinamika interaksi sosial.
- Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
KATA KUNCI
Individu, sosial, interaksi sosial
V. MANUSIA DAN PERADABAN
TUJUAN:
TUJUAN:
Lanjutan Bab IV
Mahasiswa diharapkan mampu:
- Menemutunjukkan adanya evolusi budaya dan dinamika peradaban.
- Mengidentifikasi problem yang ada pada peradaban global
MATERI PEMBELAJARAN V
- Dinamika peradaban global.
- Problematika peradaban global pada kehidupan manusia.
KATA KUNCI
Peradaban, kebudayaan, masyarakat madani, global
VI. TES I
TUJUAN:
TUJUAN:
mahasiswa dites untuk mengetahui seberapa jauh pemahamannya tentang materi yang telah diberikan dari pertemuan I sampai dengan pertemuan V.
UJIAN TENGAH SEMESTER
( UTS )
( UTS )
- Jadwal Ditentukan Kemudian
VII. MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN
TUJUAN :
TUJUAN :
MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU:
- Menjelaskan hakikat keragaman dan kesetaraan dalam diri manusia.
- Menganalisis kemajemukan dan kesetaraan dalam diri bangsa Indonesia.
- Mengidentifikasi kemajemukan dan kesetaraan dalam diri bangsa Indonesia.
- Memberi contoh problema yang muncul dari adanya keragaman dan kesetaraan serta solusinya.
MATERI PEMBELAJARAN VII
- Hakikat keragaman dan kesetaraan manusia.
- Kemajemukan dalam dinamika sosial budaya.
- Kemajemukan dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.
- Problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan.
KATA KUNCI
Keragaman, kesetaraan, kesederajatan, kemajemukan
VIII. MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
TUJUAN:
TUJUAN:
Mahasiswa diharapkan mampu:
- Mengemukakan hakikat nilai, norma, moral, dan hukum.
- Menjelaskan pentingnya nilai, norma, moral, dan hukum bagi manusia.
- Mengemukan tujuan hukum bagi masyarakat.
- Membedakan perilaku melanggar etik dan melanggar hukum.
- Memposisikan diri terhadap pelaku pelanggaran etik dan pelanggaran hukum.
MATERI PEMBELAJARAN VIII
- Hakikat, fungsi, perwujudan nilai, moral, dan hukum.
- Keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan.
- Problematik nilai, moral, dan hukum dalam masyarakat.
KATA KUNCI
Nilai, norma, moral, hukum, keadilan
IX. MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI
TUJUAN:
TUJUAN:
Mahasiswa diharapkan mampu:
- Menjelaskan hakikat dan makna sains, teknologi, dan seni bagi manusia.
- Menguraikan berbagai dampak penyalahgunaan Ipteks pada kehidupan.
- Mengemukakan berbagai problematika pemanfaatan Ipteks di Indonesia.
MATERI PEMBELAJARAN IX
- Hakikat dan makna sains, teknologi, dan seni bagi manusia.
- Dampak penyalahgunaan Ipteks pada kehidupan.
- Problematika pemanfaatan Ipteks di Indonesia.
Kata Kunci
Sains, teknologi, seni, manusia
X. MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Tujuan:
Tujuan:
Mahasiswa diharapkan mampu:
- Menjelaskan hakikat dan makna lingkungan bagi manusia.
- Menguraikan pentingnya kualitas penduduk dan lingkungan bagi kesejahteraan.
- Mengidentifikasi masalah lingkungan sosial budaya.
MATERI PEMBELAJARAN X
- Hakikat dan makna lingkungan bagi manusia.
- Kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan.
- Problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat.
KATA KUNCI
Lingkungan hidup, lingkungan sosial
XI. TES 2
Mahasiswa Dites Untuk Mengetahui Seberapa Jauh Pemahamannya Tentang Materi Yang Telah Diberikan
XII. REVIEW
- Review keseluruhan materi
- Mahasiswa menilai dosen sebagai bahan evaluasi kinerja dosen (ekd).
PEMBENTUKAN KELOMPOK
• Setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang
• Membuat makalah untuk dipresentasikan
• Jumlah halaman maksimal 2 halaman.
Kerangka Waktu Dalam Pertemuan Perkuliahan
- PENDAHULUAN : 10 MENIT
- PRESENTASI KELOMPOK: 45 MENIT
- 10 MENIT PENYAJIAN
- 30 MENIT TANYA JAWAB
- 5 KESIMPULAN
- EKSPLORASI KAJIAN : 25 MENIT
- EVALUASI/ PENUTUP : 10 MENIT
METODE PEMBELAJARAN
- Diskusi
- Responsi
- Studi kasus
“Jadilah Manusia Biasa Dan Mengerti Akan Manusia -Jadilah Manusia Yang Paling Manusia Dan Manusiakanlah Manusia” ( Mustofa Bisri )
MATERI
PERTEMUAN II
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Bahan penyusunan ini kami ambil, terutama dari buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar oleh Drs.
Hermanto, M.Pd, M.Si dan Winarno, S.Pd., M.Si.
A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di
dunia. Makhluk Tuhan dialam fana ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan,
binatang, dan manusia. Sifat–sifat yang dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut
sebagai berikut.
1.
Alam
memiliki sifat wujud
2.
Tumbuhan
memiliki sifat hidup dan wujud
3.
Binatang
memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu
4.
Manusia
memiliki sifat wujud, hidup dibekali
nafsu serta akal budi
Akal budi merupakan pemberian
sekaligus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain.
Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain terletak pada akal budi. Anugerah
Tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah
kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir
merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat
demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah
berpikir. Karena manusia yang dianugerahi akal maka manusia dapat berpikir.
kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan maslaah–masalah
hidup yang dihadapi.
Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta budha
yang artinya akal. Budi menurut
kamus lengkap Bahasa Indonesia adalah bagian dari kata hati yang
berupa panduan akal dan perasaan dan yang dapat membedakan baik–buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti
tabiat, perangai dan akhlak. Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan bahwa
budilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna
dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap
objek dan kejadian.
Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi,
memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu
yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Contohnya manusia bisa membangun
rumah, membuat aneka masakan, menciptakan beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi,
sarana komunikasi dan lain–lain. Binatang pun bisa membuat rumah dan
mencari makan. Akan tetapi, rumah dan makanan suatu jenis makanan tidak pernah
berubah dan berkembang. Rumah burung (sarang) dari dulu sampai sekarang tetap
saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan. Manusia dengan kemampuan akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu
untuk kepentingan hidup.
Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan
menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana–prasarana) atau badani atau ragawi atau jasmani/biologis.
Contohnya adalah makan, minum, bernafas, istirahat dan seterusnya. Kedua,
kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah
kasih sayang, pujian perasaan aman, kebebasan, dan sebagainya.
Abram
Maslow seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa kebutuhan manusia dalam hidup
dibagi menjadi lima tingkatan. Kelima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut
:
1.
Kebutuhan
psikologis (physiological needs). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar,
primer dan vita. Kebutuhan ini menyangkut fungsi–fungsi biologis dasar dari
organisme manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian tempat tinggal,
sembuh dari sakit, kebutuhan seks dan sebagainya.
2.
Kebutuhan
akan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs). Kebutuhan ini
menyangkut perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan
ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan
sebagaimya.
3.
Kebutuhan
sosial (sosial needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan
dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,
rasa setia kawan,
kerja sama, persahabatan,
interaki, dan seterusnya.
4.
Kebutuhan
akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan dihargainya kemampuan, kedudukan
jabatan, status, pangkat, dan sebagainya.
5.
Kebutuhan
akan aktualisasi diri (self
actualization). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk memaksimalkan penggunaan
potensi–potensi, kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri, prestasi dan
sebagainya.
Menurut Maslow, kebutuhan
manusia pertama–tama diawali dari kebutuhan psiklogis atau paling mendesak
kemudian secara bertahap beralih ke kebutuhan tingkat
di atasnya sampai tingkatan tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Beliau
menjelaskan bahwa kita tidak dapat memenuhi kebutuhan kita yang lebih tinggi
kalau kebutuhan yang lebih rendah belum terpenuhi. Itu berarti kebuthan nomor
lima akan diupayakan pemenuhannya kalau kita sudah memenuhi kebutuhan–kebutuhan sebelumnya. Jadi,
kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hirarki.
Dengan akal budi, manusia tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta
meningkatkan derajatnya sebagi makhluk yang tinggi bila dibandingkan dengan
makhluk lainnya. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human (manusia yang
manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi
kemanusiaannya.
Dengan
akal budi manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya adalah
hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia
lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia adalah pencipta
kebudayaan.
B. Apresiasi Terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan
1. Manusia dan Kemanusiaan
Istilah kemanusiaan
berasal dari kata manusia mendapat tambahan awalan ke–dan akhiran–an sehingga
menjadikan kata benda abstrak. Manusia menunjuk pada benda konkret, sedangkan
kemanusiaan merupakan kata beda abstrak. Dengan demikian kemanusiaan disebut
dengan human.
Kemanusiaan
berarti hakikat dan sifat–sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi harkat
matabatnya. Kemanusiaan
menggambarkan ungkapan akan hakikat dan sifat yang seharusya dimiliki oleh
makhluk yang bernama manusia. Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang
berisi keharusan/tutunan untuk berkesuaian dengan hakikat dari manusia.
Hakikat manusia
bisa dipandang secara segmental atau dalam arti parsial. Misalkan manusia
dikatakan sebagai homo economicus, homo faber, homo socius, homo homini lupus,
zoon politicon, dan sebagainya. Namun pandangan demikian tidak bisa menjelaskan
hakikat manusia secara utuh.
Hakikat manusia
Indonesia berdasarkan Pancasila sering dikenal sebagai sebutan hakikat kodrat
monopluralis.
Hakikat manusia
terdiri atas :
Ø Monodualis
susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaan, meliputi wujud materi
argonasis benda mati, vegetatif, dan animalis, serta aspek kejiwaan meliputi
cipta, rasa dan karsa.
Ø Monodualis sifat
kodrat manusa terdiri atas segi individu dan segi sosial.
Ø Monodualis
kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai makhluk yang
berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga menunjukkan
keterbatasannya sebagai makhluk Tuhan.
Karena manusia
memiliki harkat dan derajat yang tinggi maka manusia hendaknya mempertahankan
hal tersebut. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan harkat dan
martabatnya tersebut, maka prinsip kemanusiaan berbicara. Prinsip kemanusiaan
mengandung arti adanya penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan
martabat manusia yang luhur itu. Semua manusia adalah luhur, karena itu manusia
tidak harus dibedakan perlakuannya karena perbedaan suku, ras, keyakinan status
sosial ekonomi, asal–usul dan sebagainya.
Ada ungkapan bahwa the mankind is one ( Kemanusiaan
adalah satu ). Dengan demikian, sudah sewajarnya antar sesama manusia tidak
saling menindas, tetapi saling menghargai dan saling menghormati dengan pijakan
prinsip kemanusiaan. Prinsip kemanusiaan yang ada dalam diri manusia menjadi
penggerak manusia untuk berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.
Dalam pancasila
sila kedua terdapat konsep kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemanusiaan yang
adil dan beradab berarti sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat
hakikat manusia yang sopan dan susila yang berdasarkan atas nilai dan norma moral. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
kesadaran akan sikap dan perbuatan yang didasarkan pada budi nurani manusia
yang dihubungkan dengan
norma–norma baik terhadap diri-sendiri, sesama manusia, maupun terhadap
lingkungannya.
2. Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan
berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal–hal
yang berkaitan dengan budi dan akal. Ada
pendapat lain mengatakan budaya berasal dari
kata budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani, sedangkan daya adalah
unsur jasmani manusia. Dengan demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya
dari manusia.
Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah dan mengerjakan. Dalam
Bahsa Belanda, cultuur berarti sama
dengan culture. Culture atau cultuur bisa diartikan juga sebagi
mengolah tanah dan bertani. Dengan demikian, kata budaya ada hubungannya dengan
kemampuan manusia dalam mengelola sumber–sumber kehidupan, dalam hal ini
pertanian. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.
Definisi kebudayaan telah banyak
dikemukakan oleh para ahli.
Beberapa contoh sebagai berikut :
1.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari suatu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai super organik.
2.
Andreas
eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur–struktur sosial, religius,
dan lain–lain, ditambah lagi dengan segala intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
3.
Eward
B, Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang didalamnya mengandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan–kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota suatu masyarakat.
4.
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat.
5.
Koentjaraningrat
berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar besirat dari hasil budi pekerti
Dari berbagai
definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan sebagai
sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari–hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan berupa benda- benda
yang bersifat nyata, misalnya pola–pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain–lain, yang kesemuanyan ditujukan
untuk membantu Manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakatnya.
J.J Hoeningman
membagi wujud kebudayaan menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak.
a.
Gagasan
(wujud ideal)
Wujud
ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan,
nilai, norma, peraturan, dan sebagainya
yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan
ini terletak dalam kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada
dalam karangan dan buku–buku hasil
karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
b.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
bermasyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas–aktivitas manusia
yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola–pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari–hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.
c.
Artefak
(karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda benda atau hal–hal yang dapat diraba, dilihat
dan didokumentasikan. Sifatnya paling kongkret diantara ketiga wujud
kebudayaan,
Koentjaraningrat
membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu
1.
Suatu
kompleks ide, gagasan, nilai norma dan sebagainya
2.
Suatu
kompleks aktivitas atau tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat
3.
Suatu
benda-benda hasil karya manusia
Sedangkan mengenai unsur
kebudayaan, dikenal adanya tiga usur kebudayaan yang bersifat universal. Ketujuh unsur tersebut dikatakan
universal karena dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan dimanapun dan kapan pun
berada.
Tujuh unsur
kebudayaan tersebut yaitu :
1.
Sistem
peralatan dan perlengkapan hidup
2.
Sistem
mata pencaharian hidup
3.
Sistem
kemasyarakatan atau organisasi sosial
4.
Bahasa
5.
Kesenian
6.
Sistem
pengetahuan
7.
Sistem
religi
Manusia
merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugerahi akal dan budi daya.
Dengan akal dan budi daya itulah manusia menciptakan dan mengembangkan
kebudayaan. Terciptanya kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini.
Hasil interaksi binatang dengan alam
sekitar tidak membentuk kebudayaan, tetapi hanya menghasilkan pembiasaan
saja. Hal ini karena binatang tidak dibekali akal budi, tetapi hanya nafsu dan
naluri tingkat rendah.
Karena manusia
adalah pencipta kebudayaan maka manusia adalah makhluk berbudaya. Kebudayaan
adalah ekspresi eksistesi manusia di dunia. Dengan kebudayaannya manusia mampu
menampakkan jejak–jejaknya dalam panggung sejarah dunia.
C. Etika dan Estetika Kebudayaan
1. Etika Manusia dalam Berbudaya
Kata etika
berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika adalah ajaran
tentang baik–buruk, yang diterima umum atau tentang sikap, perbuatan,
kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral (mores
dalam bahasa latin), akhlak, atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah
nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah–masaah yang berkaitan
dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk. Dalam hal ini,
etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan
dengan baik–buruk perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang
bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika sebagai berikut :
a.
Etika
dalam arti nilai–nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
b.
Etika
dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini
adalah kode etik)
c.
Etika
dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk . Disini etika
sama artinya dengan filsafat moral.
Etika sebagai
nilai dan norma etik atau moral berhubungan dengan makna etika yang pertama.
Nilai–nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan manusia. Nilai etik
diwujudkan kedalam norma etik, norma moral, norma kesusilaan.
Norma etik
berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu dan bukan manusia sebagai
makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Norma ini
dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri
sendiri.
Norma etik
ditujukan kepada umat manusia agar tebetuk kebaikan akhlak pribadi guna
penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh,
berzina, mencuri, dan sebagaiya. Tidak hanya dilarang oleh norma kepercayaan
atau keagamaan saja, tetapi dirasaan juga sebagai bertentangan dengan (norma)
kesusilaan dalam setia hati nurani manusia. Norma etik hanya membebani manusia
dengan kewajiban–kewajiban saja.
Asal atau sumber
norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat
otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap
batin manusia. Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar
norma kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaaan diluar dirinya yang
memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian
atau penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa
penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah.
Daerah
berlakunya norma etik relatif universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh
ideologi masyarakat pendukungya. Perilaku membunuh adalah perilaku yang amoral,
asusila atau tidak etis. Pandangan itu bisa diterima oleh orang dimana saja
atau universal. Namun, dalam hal tertentu, perilaku seks bebas bagi masyarakat
penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku yang amoral. Etika masyarakat
Timur mungkin berbeda dengan etika masyarakat barat.
Norma etik atau
norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku. Dengan norma etik, manusia
bisa membedakan mana perilaku yang baik dan juga mana perilaku yang buruk.
Norma etik menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik. Manusia yang
beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma–norma etik.
Budaya atau
kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia yang beretika
akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai–nilai etik pula. Etika berbudaya
mengandung tuntutan atau keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia
mengandung nilai–nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima
sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai–nilai etik adalah budaya yang
mampu menjaga, mempertahankan, bahakan mampu meningktkan harkat dan martabat
manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang beretika adalah kebudayaan yang
akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.
Namun demikian,
menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi nilai–nilai
etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari paham atau
ideologi yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan . Hal ini dikarenakan
berlakunya nilai–nilai etik bersifat universal, namun amat dipengaruhi oleh
ideologi masyarakatnya.
Contohnya,
budaya perilaku berduaan dijalan antara sepasang muda mudi, bahkan bermesraan
di hadapan umum. Masyarakat individual menyatakan hal demikian bukanlah perilaku yang etis,
tetapi akan ada sebagian orang atau
masyarakat yang berpandangan hal
tersebut merupakan suatu
penyimpangan etik.
2. Estetika Manusia dalam Berbudaya
Estetika dapat
dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika berkaitan dengan
nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berari nilai tentang
keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara
sempit, dan estetik murni.
a.
Secara luas
keindahan mengandung ide
kebaikan, bahwa segala
sesuatunya yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti
luas meliputi banyak hal, seperti watak
yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas
mencakup hampir seluruh yang ada apakah merupakan
hasil seni, alam,
moral, dan intelektual.
b.
Secara
sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna).
c.
Secara
estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran perabaan dan
perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan) indah.
Jika estetika
dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai tentang
baik–buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah–jelak. Sesuatu
yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni maupun
secara sempit, baik dala bentuk, warna, garis, kata, ataupun nada). Budaya yang
estetik berarti budaya tersebut memiliki unsur keindahan.
Apabila nilai
etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa
diterima banyak orang, namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu
yang indah bagi seseorang belum tentu indah bagi orang lain. Misalkan dua orang
memandang sebuah lukisan. Orang yang pertama akan mengakui keindahan yang
terkandung dalam lukisan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama sekali
tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.
Oleh karena
subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk
mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita. Nilai–nilai
estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
Budaya sebagai
hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsur keindahan.
Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Di sinilah manusia berusaha
berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan pastilah dipandang memiliki nilai–nilai
estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut. Hal–hal yang indah dan
kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
Namun sekali
lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh masyarakat pemiliknya
belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. Contohnya, budaya suku–suku
bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut penari dan pakaiannya mungkin
dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku
lain, demikian pula sebaliknya.
Oleh karena itu,
estetika berbudaya tidak semata–mata dalam berbudaya harus memenuhi nilai–nilai keindahan.
Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia (individu atau
masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainya.
Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat melepas
subjektivitas kita untuk melihat adanya estetika dari budaya lain. Estetika berbudaya yang demikian
akan mampu memecah sekat–sekat kebekuan, ketidak percayaan, kecurigaan, dan rasa inferioritas antar
budaya.
D. MEMANUSIAKAN MANUSIA
Manusia tidak
hanya sebatas menjadi homo, tetapi harus meningkatkan diri menjadi human.
Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang melekat dalam
dirinya. Manusia memiliki perikemanusiaan, tetapi binatang tidak bisa dikatakan
memiliki perbintangan. Hal ini karena binatang tidak memiliki akal budi,
sedangkan manusia memiliki akal budi yang bisa memunculkan rasa atau
perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang mendorong perilaku
baik sebagai manusia.
Memanusiakan
manusia berarti perilaku manusia untuk seantiasa menghargai dan menghormati harkat dan
derajat manusia lainnya. Memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri
sendiri maupun orang lan. Bagi diri sendiri
akan menunjukan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manuia.
Sedangkan bagi orang lain akan
memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian,
dan kesejahteraan hidup.
Sebaliknya,
sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan harga diri
dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk mulia. Sedangkan bagi
orang lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan
penderitaan, kesusahan, ketakutan, perasaan dendam, dan sebagainya. Sejarah
membuktikan bahwa perseteruan, pertentangan, dan peperangan terjadi diberbagai
belahan dunia adalah karena manusia belum mampu memanusiakan manusia lain, dan
sekelompok bangsa menindas bangsa lain. Penjajahan atau kolonialisme adalah
contoh prilaku satu bangsa menindas bangsa lain. Penjajahan tidak sesuai dengan
peri kemanusiaan.
Dewasa ini,
perilaku tidak manusiawi dicontohkan dengan adanya kasus kekerasaan terhadap
para pembantu rumah tangga. Misalkan seorang pembantu disiksa, tidak diberi
upah, dikurung dalam rumah,dan sebagainya. Para majikan telah melakukan
tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Sikap dan
perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip kemanusiaan yang disebut the mankind is one. Prinsip
kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita
memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit,suku,agama,ras,asal,dan status
sosial ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar
belakangnya, karena semua manusia adalah
makhluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang manusiawi
atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia. Sebaliknya,
perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku yang tidak manusiawi akan
mendatangkan kerusakan hidup manusia.
Tugas
1.
Ada
kasus wanita yang rela menjajakan diri demi memenuhi kepentingan hidupnya.
Mereka bekerja di klub-klub malam, menjadi wanita panggilan, bahkan bertebaran
dipinggir-pinggir jalan pada malam hari. Menurut pandapat anda, apakah perilaku
mereka dikategorikan telah merendahkan harkat dan martabatnya sendiri sebagai
manusia ? Kemukakan argument anda di muka kelas !!
2.
Tunjukkan perilaku yang manusiawi dengan
perilaku yang tidak manusiawi ! Lakukan dengan cara mengkliping pemberitaan dan
media mengenai dua hal tersebut !!
3.
Globalisasi, termasuk globalisasi budaya saat
ini tengah melanda diri bangsa Indonesia.
Apakah menurut anda globalisasi budaya itu berdampak positif atau negatif bagi
manusia Indonesia ? Kemukakan di muka kelas !!
0 komentar:
Posting Komentar